Model
digunakan karena adanya eksistensi masalah publik yang kompleks. Model =
pengganti kenyataan.
Model
adalah representasi sederhana mengenai aspek – aspek yang terpilih dari suatu
kondisi masalah yang disusun untuk tujuan tertentu.
Model
kebijakan dinyatakan dalam bentuj konsep/teori, diagram, grafik atau persamaan
matematis.
KARAKTERISTIK MODEL KEBIJAKAN PUBLIK
·
Sederhana dan jelas.
·
Ketepatan identifikasi
aspek penting problem kebijakan (precise).
·
Menolong untuk
pengkomunikasian (communicable)
·
Usaha langsung untuk memahami kebijakan
publik secara lebih baik (manageble)
·
Memberika penjelasan
dan memprediksi konsekuensi
BENTUK – BENTUK MODEL KEBIJAKAN PUBLIK
1.
Model kelembagaan
2.
Model kelompok
3.
Model elit
4.
Model rasional
5.
Model incremental
6.
Model sistem
1.Model Kelembagaan
Dalam proses pembuatan kebijakan model ini
masih merupajan model tradisional, dimana fokus model ini terletak pada
struktur organisasi pemerintahan. Jadi yang sangat berpengaruh di dalam model
ini hanyalah lembaga-lembaga pemerintah dari tingkat pusat atau daerah, sedang.
Adapun aktor eksternal pada model ini seperti media massa, kelompok think-thank
(LSM, Kelompok budayawan, kelompok mahasiswa, cendikiawan, tokoh masyarakat,
tokoh agama, dan lain-lain,) serta masyarakat hanya berfungsi memberikan
pengaruh dalam batas kewenangannya. Jadi kebijakan yang telah dibuat akan
dijalankan dahulu oleh aktor internal, yaitu lembaga-lembaga
pemerintahan tersebut.
Contoh kasus :
Di kota salatiga, belasan pedagang ayam yang
biasa mangkal di jalan taman pahlawan sekitar eks pertokoan hasil, mendatangi
komisi II DPRD kota salatiga, pertemuan tersebut dalam rangka audiensi dan
dihadiri Dinas Perindustrian, Perdagangan, Koperasi, dan UMKM yang mana dinas
tersebutlah yang mengurusi aktivitas pedagang di pasar. Para pedagang
mengungkapkan keluh kesahnya kegiatan berjualan di tempat mereka mangkal dengan
menangantongi perizinan usaha, sementara aktivitas mereka tidak diakui secara
sah oleh dinas terkait. Para pedagang tersebut meminta agar tetap dapat
berjualan di pinggir jalan Taman Pahlawan dekat eks pertokoan hasil, karena
memiliki izin usaha. Namun permintaan pedagang tersebut tidak disetujui oleh
Disperindagkop, sebab pasar sudah ditata berdasarkan lokasi jenis dagangan,
yang mana kebijakan pemerintah setempat telah membangun pasar – pasar tersebut
untuk pedagang ayam, daging, dan lain sebagainya, di daerah pasar raya.
2.Model Kelompok
Pada model ini pemerintah membuat kebijakan
karena adanya tekanan dari berbagai kelompok. Kebijakan publik merupakan hasil
perimbangan (equilibrium) dari berbagai tekanan kepada pemerintah, dari
berbagai kelompok kepentngan. Besar kecil tingkat pengaruh dari suatu kelompok
kepentingan ditentukan oleh jumla anggotanya, harta kekayaannya, kekuatan, dan
kebaikan organisasi, kepemimpinan, hubungannya yang erat dengan pembuat
keputusan, kohesi intern para anggotanya.
Contoh kasus :
Pemerintah kabupaten kebumen, melalui bupati
KH. M.Nashirudin Al Mansyur menyatakan status “qou”, yakni kembali pada keadaan
semula atas permasalahan tanah dinas penelitian pengembangan (Dislitbang) TNI
AD dengan Masyarakat wilayah Urut Sewu Kebumen. Artinya penggunaan lahan untuk
kegiatan dilaksanakan seperti sebelum ada permasalahan.”TNI dapat melaksanakan
latihan seperti sedia kala. Sedangkan para petani melaksanakan kegiatan
bercocok tanam,” selanjutnya penyelesaian permasalahan tanah selanjutnya akan
diadakan peninjauan dilapangan oleh TNI, Pemerintah Daerah, serta masyarakat.
Hal itu dalam rangka penentuan batas kepemilikan tanah (suara merdeka).
3.Model Elit
Model ini menggambarkan pembuatan kebijakan
publik dalam bentuk piramida, dimana masyarakat berada pada tingkat paling
bawah, elit pada ujung piramida dan aktor internal birokrasi pembuat kebijakan
publik (dalam hal ini pemerintah) berada ditengah – tengah antara masyarakat
dan elit.
Masyarakat tidak memiliki kekuatan untuk
mempengaruhi dan menciptakan opini tentang isu kebijakan yang seharusnya
menjadi agenda politik di tingkat atas. Sementara birokrat/administrator hanya
menjadi mediator bagi jalannya informasi yang mengalir dari atas ke bawah. Elit
politik selalu ingin mempertahankan status quo, maka kebijakannya menjadi
konservatif. Perubahan kebijakan bersifat trial and error yang hanya mengubah
atau memperbaiki kebijakan sebelumnya.
Contoh kasus :
Salah satu kasus dari model elit yaitu
kebijakan yang di buat oleh pemerintah untuk mengetas atau mengurangi
kemiskinan, yang di sebut Bantuan Langsung Tunai atau BLT. Kebijakan ini bisa
dikatakan kebijakan yang trial & eror, karena dalam kenyataan penerapannya
kebijakan ini tidak mempengaruhi apa – apa. Uang yang harusnya diterima oleh
masyarakat yang kurang mampu justru dipotong di sana – sini oleh berbagai oknum
dan berbagai alasan. Oleh karena itu kelanjutan kebijakan ini tidak diteruskan.
4.Model Rasional
Model rasional adalah model yang mana di dalam
pengambilan keputusan melalui prosedurnya akan mengajak pada pilihan alternatif
yang paling efisien dari pencapaian tujuan kebijakan, yang ditekankan pada penerapan
rasionalisme dan positifisme.
Contoh kasus :
Pada saat bulan puasa tahun 2009 kemarin harga
gula pasir di pasar jawa tengah, khususnya di semarang melambung tinggi, dengan
melihat kondisi tersebut maka pemerintah provinsi jawa tengah melakukan kebijakan
untuk melakukan “operasi pasar”, sehingga memberikan alternatif kepada
masyarakat yang merasa dirugikan atas kenaikan harga tersebut untuk membeli
gula pasir di pasar yang disediakan pemprov tersebut, tentu saja masyarakat
sangat merasakan dampak dari kebijakan tersebut,karena perbedaan yang
signifikan antara harga gula pasir di pasar milik pemprov dan di pasar – pasar.
5.Model Incremental
Model incremental adalah pembuatan kebijakan
yang melalui proses politisi dimana didalamnya ada tawar menawar dan kompromi
untuk kepentingan para pembuat keputusan sendiri.
Incrementalism :
·
Menilai alternatif
secara tidak komprehensif tapi memusatkan perhatian hanya pada kebijakan yang
berbeda secara inkremental.
·
Hanya sejumlah kecil
alternatif kebijakan yang dipertimbangkan.
·
Setiap alternatif
kebijakan, hanya sejumlah kecil konsekuensi akibat – akibat kebijakan yang
terbatas saja yang dinilai.
·
Setiap masalah yang
menantang pembuat kebijakan secara terus menerus diredenifisikan.
Contoh
kasus :
Pemerintah
berencana menaikkan gaji presiden, menteri, dan para pejabat negara pada tahun
2001. Kebijakan ini diberlakukan untuk menyesuaikan kebutuhan dan kinerja para
pejabat negara. Melalui Kementrian Negara Pendayagunaan Aparatur Negara
instrumen yang akan dijadikan dasar untuk mengatur kenaikan gaji tersebut telah
disiapkan. Namun penentuan besarnya nominal gaji akan ditentukan oleh
Departemen Keuangan, adapun beberapa pertimbangan yang dijadikan dasar kenaikan
gaji presiden, menteri, dan para pejabat negara yakni, kenaikan gaji berkala
yang sudah sejak lama tidak diberikan kepada presiden dan pejabat negara. Sejak
lima tahun lalu, gaji presiden dan pejabat negara tidak pernah mengalami
kenaikan padahal kebutuhan semakin meningkat, selain itu kenaikan juga dipertimbangkan
dari kinerja masing – msing pejabat negara. Karena itu kemneg telah menyusun
pedoman berdasarkan kinerja.
6.Model
Sistem
Pendekatan
sistem diperkenalkan oleh David
Easton yang melakukan analogi
dengan sistem biologi. Pada dasarnya sistem biologi merupakan proses interaksi
antara organisme dengan lingkungannya, yang akhirnya menciptakan kelangsungan
dan perubahan hidup yang relatif stabil. Ini kemudian dianalogikan dengan
kehidupan sistem politik.
Model
ini didasarkan pada konsep – konsep kekuatan – kekuatan lingkungan, sosial,
politik, ekonomi, kebudayaan, geografis, dan sebagainya yang ada disekitarnya.
Kebijakan publik merupakan hasil (output) dari sistem politik. Kebijakan model
ini juga melihat dari tuntutan – tuntutan, dukungan, masukan yang selanjutnya
diubah menjadi kebijakan punlik yang otoritatif bagi seluruh anggota
masyarakat. Intinya
sistem politik berfungsi mengubah inputs menjadi outputs.
Contoh
kasus :
Setelah
batik mendapat sertifikat dari UNESCO sebagai warisan budaya Indonesia, kini
pemerintah membuat kebijakan untuk mendaftarkan angklung ke UNESCO agar alat
musik khas daerah tersebut tidak diklaim oleh pihak lain. Melalui tahap
verifikasi akan terbukti bahwa angklung sangat berperan dalam kelangsungan suku
bangsa khususnya di Indonesia, jika lolos verifikasi, UNESCO akan mengeluarkan
sertifikat dan angklung akan diakui sebagai warisan asli budaya asli Indonesia.
Kesenian dan kebudayaan jawa barat yang berbahan dasar bambu tengah dihadapkan
pada percepatan dunia industri yang membutuhkan inovasi dan kreativitas.
Sepanjang 2008, angklung juga berfungsi sebagai alat promosi budaya dengan
berbagai inovasi dalam seni pertunjukkan. Angklung telah menjadi salah satu
kekuatan diplomasi budaya serta komunikasi nonverbal lintas sektoral yang cukup
efektif. Bermain musik bambu juga bermain dengan menggunakan rasa, yang
menimbulkan kepekaan dan solidaritas yang menciptakan harmoni sehingga perlu
ditanamkan di kalangan generasi pelajar Indonesia. Dengan begitu sangat
pantaslah pemerintah mengambil kebijakan untuk mendaftarkan angklung sebagai
salah satu warisan budaya asli Indonesia, yang mana bangsa ini memiliki
solidaritas dan kepekaan yang tinggi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar